Monday 6 July 2015

BLOGTOUR AND GIVE AWAY METROPOP DANGEROUS LOVE



BLOGTOUR AND GIVE AWAY METROPOP DANGEROUS LOVE

Sinopsis
Dunia Catherine luluh lantak saat ibunya menikah lagi dengan ayah Chantal. Chantal adalah gadis manis yang menyenangkan dan dicintai seluruh dunia. Hanya Catherine yang bertekad membencinya sepenuh hati. Bagaimana tidak? Chantal merebut Mami, satu-satunya orang yang ia sayangi. Chantal bagaikan tsunami yang menghancurkan kehidupan Catherine.
Namun, membenci Chantal bukanlah masalah terbesar Cath.
Hidupnya makin berantakan seperti keping-keping puzzle yang berserakan sejak Christ, pria misterius yang dikenalnya di kafe tenda Joe berhasil mencuri hatinya.
Ia terpaksa menjalani kebohongan yang bagai jerat tak berujung pangkal.
Tertatih-tatih Cath berusaha melepaskan diri. Melewati berbagai rintangan yang membuatnya mengalami dan menyadari arti cinta dan benci.
Mencintai dan dicintai.
Membenci dan dibenci.
Sanggupkah Catherine terbebas dari perangkap itu dan menyusun keping-keping puzzle-nya hingga utuh?

Kalau ada orang yang bertanya, apa sebenarnya genre dari novel Dangerous Love, tanpa ragu saya akan menjawab dengan lantang: dark romance.
Ada apa dengan dark romance? Apa itu artinya bakal ada pertumpahan darah atau sad ending? Yang jelas, saya bukan penggemar sad ending. Sad ending membuat mood saya jadi buruk. Karena itu, walaupun terdengar klise, saya selalu memilih happy ending untuk semua kisah yang saya tuturkan. Toh, hidup nggak selamanya bisa berakhir sad ending. Kalau ada kesempatan untuk menciptakan dunia yang lebih hepi, kenapa tidak?
Kembali ke topik utama. Kenapa disebut dark romance padahal ending-nya jelas-jelas hepi, kan? Karena kisah cinta yang saya tuturkan diwarnai dengan hal-hal yang ‘gelap’. Dendam, obsesi, kebohongan, air mata, dan kesedihan.
Tapi, bukan hanya romance yang ada dalam novel ini. Saya meramu kisah antara ibu dan anak, adik dan kakak, dan pertemanan yang tulus. Membenci, mencintai, menyakiti, memaafkan. Dalam hidup ini kita pasti pernah mengalami hal-hal itu, kan? Begitu pula Catherine. Catherine bergumul dalam perasaannya sendiri. Membenci seseorang yang menurutnya telah merebut satu-satunya orang yang ia sayangi. Mencintai pria misterius yang menyimpan teka-teki yang begitu rumit. Ia begitu tenggelam dalam rasa bencinya hingga tak menyadari bahwa ia telah menyakiti orang yang sebenarnya ia sayangi dan membuat keadaan begitu pelik.

Mungkin benar, membenci seseorang itu seperti menambatkan beban berat di hatimu. Dan saat kau berhasil menggergaji salah satu rantai besi dan membiarkan jangkarnya terlepas darimu, kau sudah siap untuk maju kembali dan melanjutkan perjalananmu. Kini tinggal satu jangkar lagi yang harus kulepas.

Maaf adalah kata yang sederhana, namun begitu berharga. Memaafkan Chantal karena merebut Mami telah mengangkat semua jangkar yang menghambat perjalananku. Semudah itu.

Pada akhirnya, kata maaf yang mengeluarkan Catherine dari kegelapan yang menyelimutinya. Kata maaf yang sederhana.

Benar kata orang bijak, sekali kau berbohong, kau tak akan bisa berhenti. Kebohongan akan membelitmu sampai kau kehilangan napas dan termakan oleh kebohonganmu sendiri.

Bagaimana dengan karakter-karakter dalam novel ini?
Kita mulai satu-satu ya.
Catherine: Terkesan jutek dan “keras”, namun sebenarnya Catherine itu setia kawan dan mandiri. Hanya sayangnya, ia terlalu posesif pada maminya. Mungkin bisa dimaklumi karena sejak lahir, ia hanya mengenal ibunya.
Chantal: Manis, menyenangkan, luar biasa ramah, dan dicintai seluruh dunia. Chantal itu ibarat paket lengkap. Sudah cantik dan tajir, menyenangkan pula. Chantal selalu merindukan kehadiran seorang ibu hingga membuatnya lengket dengan ibu Catherine yang notabene adalah ibu tirinya.
Christ: Misterius dan dingin. Namun, itu hanya kemasan luarnya saja. Sebenarnya Christ menyimpan rahasia yang begitu besar. Rahasia apa itu? Baca novelnya ya…
Clara: Adik Christ. Sebenarnya Clara itu anak yang baik dan berbakat, sayangnya sesuatu membuatnya pahit. Ada apa? Sekali lagi, jawabannya hanya ada dalam novel ini.
Marco: Pria idaman Chantal yang sengak dan kasar. Namun, di balik penampilannya yang preman, Marco mempunyai hati yang sangat lembut.
Joe :  Sahabat Catherine yang kemayu dan mempunyai kafe tenda yang cukup laris. Ia mempunyai pengaruh yang cukup besar pada Catherine.
Mami: Mami adalah sosok yang lembut namun sebenarnya tabah dan tegar. Ia membesarkan Catherine seorang diri dengan mengandalkan kemampuan memasaknya hingga bertemu dengan kekasih lamanya yang notabene adalah ayah Chantal.

Oh ya, pada #LiveInterview yang diadakan saya (@mvfshop) dan mbak Atria (@atriasartika) pada tanggal 30 June kemarin, saya mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari para tweeps.
Sayangnya, karena keterbatasan waktu, saya tidak sempat menjawab semua pertanyaan. Karena itu, saya jawab di sini saja ya.

@Irma_waati: Aku tau nih, Mbak kan sibuk juga, nah ngebagi waktu antara nulis sama kesibukan lain gimana tuh?
Jawaban saya: Ah, iya, bener banget, kadang saking sibuknya memang saya kesulitan meluangkan waktu untuk menulis. Tapi, di mana ada niat, selalu ada jalan. Walaupun progress-nya lambat, yang penting komitmen untuk menyelesaikan satu naskah utuh hingga tuntas. Tidak masalah tertunda lama karena kesibukan yang tidak bisa ditolerir, namun, tetap pada akhirnya harus ada niat dan tekad untuk menyelesaikannya.

@afikayulia: Berapa lama Ka @mvfshop menyelesaikan novel #DangerousLove ini? Apa ada kesulitan?

Jawaban saya: Kurang lebihnya sekitar enam bulan. Itu belum termasuk proses revisi saat sudah dipegang mbak editor. Kesulitannya banyak. Saat sibuk melanda atau mood yang tidak mendukung, saya pastinya sempat berhenti mengerjakan naskah ini. Begitu pula saat memikirkan plot atau alur berikutnya karena saya terbiasa menulis tanpa timeline (contoh yang buruk)

@AltGST: Bagaimana cara pemilihan karakter dalam tokoh ini? Kesulitan apa yang ditemui?

Jawaban saya: Saya terbiasa memilih tokoh antagonis dulu sebagai tokoh yang menonjol dalam setiap kisah ini. Kebetulan dalam DL, tokoh AKU berperan rangkap sebagai protagonis sekaligus antagonis. Selain tokoh Catherine, yang langsung terpikir adalah tokoh tandingannya alias Chantal. Selanjutnya tentu saja Christ. Untuk karakter lainnya seperti Joe, Marco, dan Clara, muncul begitu saja saat penulisan berlangsung.

@ichsan_k: Arti dari sepatu di cover novel kakak itu apa ya kak?

Jawaban saya: Hm, sepatu balet dalam cover novel itu perannya cukup signifikan. Hanya saja saya belum bisa membeberkannya sekarang. Jadi, kalau penasaran, baca novelnya ya.

@yeniI199: Kenapa memilih gramedia untuk menerbitkan Dangerous Love?

Jawaban saya: Dari dulu saya memang bercita-cita punya buku yang berlogo GM alias diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama. Entahlah, menurut saya, *tanpa bermaksud mengecilkan penerbit lain yang juga oke dan keren*, logo GM itu mentereng sekali hahaha

@Agatha_AVM: Pesan apa sih yang ingin disampaikan Kak @mvfshop kepada pembaca?

Jawaban saya: Jangan membenci seseorang terlalu dalam. Kebencian akan menyakiti dirimu sendiri. Belajar menerima dan memaafkan. Kata maaf itu memang sederhana, namun terkadang begitu sulit untuk diucapkan dengan sungguh-sungguh. Membenci, mencintai, dibenci, dicintai. Kita nggak tahu kapan kita berada dalam posisi itu J

Oke. Saatnya giveaway deh.
Kali ini akan dipilih dua pemenang beruntung yang akan mendapatkan masing-masing novel Dangerous Love dan merchandise keren berupa topi bersulam kata Dangerous dan recycle tote bag juga bersulam kata Dangerous Love.
Asyik kan?
Makanya, jangan sampai ketinggalan deh.
Syaratnya mudah kok.
1.      Follow @mvfshop dan facebook Christina Odilia Tirta
2.      Share link postingan ini via Facebook / twitter. (jangan lupa mention saya ya)
3.     Pertanyaannya: 
\   Pernahkah kalian membenci seseorang? (boleh perempuan/laki-laki) Alasannya apa? Dan, apakah kalian pada akhirnya berhasil memaafkannya atau tidak?
4.      Giveaway ini akan berakhir pada tanggal 11 Juli 2015. Semoga beruntung yaaa
       Pengumuman pemenang paling lambat 2 hari setelah tgl 11 ya. Akan diumumkan via blog ini dan twitter.

 
P
 
P













42 comments:

  1. Mau ikut memeriahkan jua ahh~ XD

    Pernah sih, benci sama orang, alasannya masalah keluarga gitu.-. Lama banget, rasanya gak bisa maaf'in tapi, setelah denger nasehat dari sana-sini, terus, dari khotbah gembala di gereja, harus dimaaf'in lahh. pelan-pelan pasti bisa maaf'in

    Lois Ninawati
    Twitter : @_loisninawati

    ReplyDelete
  2. Dulu waktu SMP pernah benci sama laki-laki. Karena merasa dikhianati. Awalnya, dia terus mengejar-ngejar. Mengikuti setiap pergerakanku. Dan aku merasa gerah akan hal itu. Akhirnya, aku bertanya, mengapa dia bersikap seperti itu? Dia jawab, 'karena aku mau kamu jadi pacarku'. Lalu aku terima saja, padahal tidak ada rasa sama sekali saat itu. Setelah beberapa waktu aku mencoba untuk menyukainya dan aku berhasil. Tidak berapa lama, iseng-iseng aku buka akun facebook, eh diberanda muncul nama dia sedang menjalin hubungan dengan orang lain. Aargghh.. Setelah itu aku benar-benar benci dengan orang itu. Dan memutuskan untuk tidak pacaran lagi. Berulang kali dia meminta maaf dan aku hiraukan itu. Tapi setelah dipikir-dipikir, "Buat apa benci sama orang kayak gitu? mau dia playboy atau apalah, itukan urusan dia dengan pacar selanjutnya." Hahaha. Jadi, aku maafkan saja semua yang pernah dilakukannya.

    *Eh jadi curhat :D

    Twitter :https://twitter.com/Dini_AP28

    ReplyDelete
  3. Nama: Irmawati
    Akun twitter: @irmaa_waati
    Email: irmawati0337@gmail.com
    Jawaban:
    Pernah! Dia perempuan. Udah lama banget tapi aku masih inget jelas. Waktu itu aku masih kelas 1 SD, mungkin istilahnya di "bully" walaupun emang bukan dalam bentuk kekerasan fisik sih, tapi dia itu seperti ngancem gitu yang ngebuat aku ngerasa tertekan. Dia selalu nyontek, ngerebut buku cetak aku terus aku yang punya malah ga boleh ngeliat :'(. Pernah juga, dulu kan aku kalo duduk masih bertiga tuh, nah pas itu aku ga di kasih duduk sama dia, kebetulan banget semua murid disuruh duduk ga boleh ada yang berdiri, akibatnya aku kena cubit wali kelasku, hiks.. Sakit banget rasanya walaupun cuma di cubit dan aku diliatin sekelas :(. Dampaknya emang cukup berpengaruh di tahun-tahun berikutnya, karena aku masih terus sekelas sama dia. Untunglah waktu kelas 5, dipisah-pisah, aku gak sekelas lagi sama dia. Mungkin itu juga salah satu sebabnya aku sampai SMP jadi orang yang lebih pendiam dibanding teman-teman yang lain. Tapi aku ingat banget, waktu aku masuk SMA aku bertekad jadi orang yang lebih terbuka, aku bersyukur hasilnya sangat menyenangkan. Aku menemukan orang-orang yang luar biasa. Sahabat. Perlahan-lahan aku bisa membuka diri, dampaknya positif banget. Nah bahkan aku sempat lupa dengan teman SD-ku itu, ya aku tetap menyebutnya teman. Aku pernah waktu pulang sekolah, aku sepintas ngeliat dia, udah agak pangling, tapi waktu ngeliatnya aku enggak ngerasain apa-apa, rasa benci aku udah menguap begitu aja, syukurlah. Hingga sekarang pun aku sudah benar-benar memaafkan dia. Bagiku, tidak ada gunanya terus-menerus membenci. Toh sekarang dia tidak mengganggu lagi, aku juga mengambil hikmah dari kejadian ini, bahwa pasti selalu ada bahagia pada akhirnya :))).

    ReplyDelete
  4. Lidya Marselina
    Nama twitter : @Lidyamarselina

    Benci? Apa mustahil kalau hidup tanpa kebencian? Iya!

    Saya pernah mencaci-lalu membenci.

    Saya membenci diri saya sendiri yang seringkali mencaci diri saya sendiri (loh?)

    Saya seringkali mencaci diri saya sendiri untuk suatu hal buruk atau kesalahan yang saya lakukan- penyesalan memang tak ada gunanya, tapi dengan mencaci terkadang semuanya terasa lebih plong. Kadang kita butuh meluapkan emosi supaya merasa lega. Dan cara terbaik meluapkan emosi tanpa menyakiti yang lain adalah mencaci diri sendiri.
    Tapi, setelah semua masalah berlalu, saya membenci semua cacian pada diri saya sendiri, terkadang hal itu membuat saya MEMBENCI DIRI saya sendiri. (Bukankah setiap orang juga pernah membenci diri sendiri walaupun sesaat?)

    "Namun, saya sadar kalau semua masalah takperlu diluapkan dengan cacian. "

    Dengan susah payah saya mencoba menerapkan prinsip itu & akhirnya berhasil! Meski bukan lewat cacian, kelegaan akan tetap ada! Saya memilih untuk meluapkan emosi saya lewat diam dalam tangisan-memaafkan diri saya sendiri yang sudah melakukan kesalahan itu tanpa cacian.
    Crying isnt always bad,right?:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, kakak setuju. Sometimes we need to cry out loud untuk meluapkan perasaan kita. Tp km jg bisa menulis diary atau cerita untuk menyalurkan perasaan km. Coba deh, siapa tau membantu ;)
      Dan jgn membenci dirimu lg ya, dear. Km adalah ciptaan Tuhan yg unik. Sayangi dirimu spt Tuhan selalu menyayangi kamu :)

      Delete
  5. Hmm, penggambaran karakternya ngga terlalu spesifik di reviewnya ka sulis, tapi pas baca yg ini aku jadi ngerti beberapa hal. Seperti kata Tere liye ; Apa yg terlihat boleh jadi tidak seperti yg kita lihat. Tapi kayaknya dugaan ku bener nih, keluarganya Christ itu semacam kunci di buku ini.

    Btw, sekalian ikutan giveawaynya ya..
    Nama : Diyah Nur
    Twitter : diyah8151
    pernah benci seseorang?
    jelas pernah, tapi bukan karena aku dikhianati atau semacamnya. Hidupku itu plain and simple, no drama whatsoever -not that i complain. Dan aku juga orangnya gampang lupa, misalnya hari pertama aku benci sama dia hari besoknya udah kayak ngga terjadi apa-apa. Lagian aku bukn orang yg suka memperbesar masalh, kalau emang bisa diselesaikan ya udah ga ush diperpanjang. Tapi pernah sih emang aku marahan selama beberapa hari karena well, temenku pacaran sama a certain someone who was my crush. Ouch. That did hurt. Pertama kalinya aku ngerasa di khianati meskipun dia ngga tau aku suka sama tuh cowok tapi aku tetep aja marah. Belakangan aku ngerti kalau dalam masa frustasi, kebanyakan orang butuh kambing hitam untuk disalahkan. Anyway, setelah beberapa hari temenku aku kasih silent treatment, pd akhirnya aku ga bisa nyalahin dia kan? Dan kemudian kehidupanku kembali menjadi tempat sampah temenku kalo lagi ada masalah sama cowoknya, seperti waktu aku sama sekali ngga tau siapa cowoknya itu. Thats all, aku pernah nangis waktu itu, cuma agak kasihan sama diri sendiri. Sigh.
    Tapi itulah hidup, seperti laut, meskipun bisa tenang tau tau bisa ada tsunami muncul ya kan? Kita ngga pernah minta tsunami tapi itu ada dan bisa menyerang kapan aja. Bukan berarti masalah ku td itu tsunami sih, like i said Plain and Simple, and i like that.

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh ralat, aku ngga pernah nangisin cowok, I swear. Itu salah ketik.

      Ohband btw lagi, selamat buat terbit Buku barunya, semoga tetep menghasilkan krya-karya yg bagus, bermakna, dan best seller.

      Delete
  6. nama : zulaikhah
    twitter : @kimzujonghee
    email ; zulaikhah0796@gmail.com

    jawaban : pernah
    Pernah di khianati oleh sahabat sendiri, dia selalu menjelek-jelekkan diriku di depan teman ataupun keluargaku, walaupun aku tak pernah melakukannya. Aku mengetahui itu semua dari kerabat yang seumuran denganku.
    Aku hanya diam, dan membiarkannya sampai mana dia akan melakukan hal tersebut.
    Bukan cuma menjelek-jelekkan ku, tapi sering berbohong padaku, sering ingkar janji.
    Tapi walaupun begitu, walaupun sesering apapun yang ia lakukan pengkhianatan padaku, aku tetap menyayanginya, dan menganggap semua tak pernah ada.

    ReplyDelete
  7. Dias Shinta Devi
    @DiasShinta
    diasshinta.iyas@gmail.com

    membenci seseorang? pernah. ada yang laki-laki, ada yang perempuan. rasanya membenci seseorang itu seperti dosa yang terasa menggerogoti jiwa sendiri. apa pun yang dilakukan dia selalu salah di mataku. kesel? iya!
    tapi lama-lama jadi capek sendiri. membenci itu makan hati. kalau dibilang sudah memaafkan dia sih ya lambat laun sudah termaafkan. tapi yang namanya manusia, pasti ada yang membekas diingatan dan di hati. Maafkan hamba-Mu ya Rabb..
    sampai sekarang suasana hati dengan orang tersebut masih ganjil. mungkin udah rela maafin dia, tapi belum ikhlas. seperti ada yang salah dengan sistem kontrol hati manusia. sekali terluka, membekas terus. aku tahu itu salah. tapi aku berusaha senormal mungkin untuk menjalani kelanjutan hidup. seperti yang sudah aku bilang, membenci itu melelahkan. terkadang segala yang dia lakukan selalu kita tahu dan semuanya jadi serba salah. ya membenci itu selalu jadi event mengutuki orang lain dan seolah diri sendiri perfect. tapi prinsip yang harus diterima adalah ketika kita benci seseorang, orang lain pun ada yang membenci kita.
    jadi kesimpulannya, aku udah coba memaafkan walaupun atmosfer di antara kami nggak pernah normal seperti sedia kala... memaafkan itu berat, karena aku manusia dan bukan Tuhan. :))

    Thanks kak GAnya, sukses bukunyaaa.. Langgeng terus sama GM :D semangat berkarya! :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, memaafkan memang berat krn kita hy manusia biasa. Biar waktu yg menyembuhkan luka itu dan sementara itu, terus semangat n berkarya yaaa
      Btw terima kasih buat doanyaaaa :)

      Delete
  8. Wah baca sinopsis, karakter setiap tokoh, dan membaca jawaban dari #LiveInterview --nya jadi kepingin baca isi keseluruhan novel Dangerous Love kakak nih. Sayangnya aku ngga ikutan live interview nya, jadi telat deh mempunyai kesempatan bertanyaan tentang novel Dangerous Love *puk puk* Karena, aku udah dihantui rasa penasaran sama novel Dangerous Love aku bertekad untuk mempunyai novelnya kak, biar bisa baca isi keseluruhannya gituh hehe.

    Jadi, minta izin ya kak ikut berpartisipasi^^

    Nama: Yuliani
    Twitter: @yulianipatty
    E-mail: yulianicullen22@gmail.com
    *Jawaban*
    Penah. Dulu aku sangat membenci teman SMP aku kak, dia seorang perempuan. Tepatnya kelas 3 SMP aku sangat sangat dan sangat membencinya, karena dia selalu mencaci aku kak. Aku pernah dikata-katain soal bentuk tubuhku kak. Sampai-sampai teman-teman yang awalnya dipihak aku sekarang berteman dengannya. Dia merebut teman-temanku. Dikelas aku hampir ngga punya teman, entah apa yang dia katakan tentang aku sama teman-teman aku. Ya, aku tau dia anggota OSIS, dia keren dan dia juga populer disekolah; gak kayak aku, aku cuma anak introvert yang dihina tanpa ada adanya perlawanan.

    Hal itu masih berlangsung sampai kelas 3 SMA. Sayangnya, kenapa aku harus satu sekolah lagi sama. Teman SD aku dulu yang deket banget sama aku, sekarang dia juga merebutnya. Aku sudah biasa saat mengetahui ini; meskipun sakit. Aku juga paham kenapa dia lebih memilih sahabat dengannya, karena dia populer. Sedangkan aku? mana mau dia berteman apalagi bersahabat dengan aku yang introvert ini. Wajar kalau dia lebih memilih sahabat yang lebih populer.

    Aku sangat dan masih sangat membencinya. Ketika aku mengingat namanya apalagi wajah perempuan itu. Aku menulis namanya dan akhirnya aku coret-coret sampai namanya rusak dan kertasnya pun ikut rusak, lalu aku merobek sampe kecil-kecil dan membuangnya ketempat sampah. Aku membenci D-I-A.

    Tapi, ketika pelajaran istirahat anak-anak pada berkumpul dan ada yang masih berlarian ke Mushola sekolah; sangat ramai pada waktu itu. Aku ngga nyangka siapa yang aku liyat dan berbaring ngga berdaya disana dengan setengah wajah yang diperban dan merintih kesakitan. Yang tidaktahan menahan air matanya jatuh; perempuan itu menangis kesakitan, terlihat sangat kesakitan. Ternya dia adalah perempuan yang selama ini aku benci. Sekarang dia berbaring tidak berdaya. Aku sangat miris dan kasihan. Aku mengingat hal-hal ketika aku membencinya. Aku sangat menyesali sikap aku kepadanya; meskipun dia tidak tahu jika aku menyimpan kebencian kepadanya selama itu. Aku memaafkannya, ya aku memaafkannya segala perlakuan dia terhadapku; semuanya. Aku tidak tega melihat dia merintih seperti itu; membencinya disaat dia tidak mampu lagi mengeluarkan suara sedikitpun dari mulutnya karena kesakitan. Ya, aku memaafkannya. Yang lalu biarlah berlalu. Toh hidup, dimasa yang akan datang; masa depan. Aku tidak mau hidup dalam masa kebencian. Sungguh, aku tidak mau.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, membenci seseorang akan menggerogoti diri sendiri. Kakak senang akhirnya km bisa move on dan melepaskan kebencianmu walau kk ngerti banget perasaanmu. Ttp semangat ya

      Delete
  9. Nama : Nurina Widiani
    Twitter : @KendengPanali

    Seingat saya… saya nggak pernah membenci siapa2.
    Pernah waktu garis tangan saya dibaca, orang itu bilang saya orangnya nggak pernah lama kalau marah. Dan itu benar. Jengkel sama orang iya, sebel sama sesuatu iya, tapi udah cuma sampai batas itu aja. Nggak pernah sampai benci apalagi mendendam sama orang.
    Apalagi sekarang, dengan anak-anak di sekitar saya, saya nggak mau mereka menyerap emosi negatif semacam kebencian.
    Sekalipun ada orang lain yang membenci, saya nggak sanggup balas membenci. Saya nggak suka berkonfrontasi sama orang lain. Flat ya hidup saya? ^^

    ReplyDelete
  10. Aku mempunyai seseorang yang ku benci dan ia seorang perempuan. Permasalahan kami dimulai saat kelas 3 SD. Ini mungkin cuma masalah sepele namun tidak untuk aku yang memiliki obsesi menjadi yang terbaik dan pusat perhatian. Saat itu ibuku membelikan aku sebuah penggaris dengan model terbaru dan feminine, tentu aku yang masih kecil sangat bahagia dan ingin memamerkan kepada teman geng-ku disekolah. Naas nya hari itu tempat dudukku dipindahkan kesebelah cowok pindahan. Aku begitu kesal, namun kekesalanku bertambah saat setelah keluar main penggaris cantikku tiba-tiba hilang, dan dengan tiba-tiba sosok di depan tempat dudukku ingin ke toilet, saat dia kembali ia bilang penggarisku ada di bak mandi. Aku ke toilet dan ternyata penggarisku telah patah berkeping-keping. Setelah aku mencari tahu, akhirnya teman sosok didepanku mengatakan bahwa perempuan itu yang mematahkan penggarisku karena cemburu aku duduk dengan cowok pindahan. Noted it, cemburu?? dikelas 3 SD? terlalu dini untuk mengurusi hal cinta. Sejak saat itu aku bahkan geng-ku tidak bertegur sapa. Aku yang mencolok, brillian, hanya bisa berada satu tingkat dibawahnya padahal ia tidak begitu pintar, dan dari nilai ulangan yang ada benar-benar buruk. Setelah sekian lama ternyata aku tahu bahwa ia menyogok sang wali kelas. Kami terus berada di kelas yang sama sampai di kelas 5 aku berusaha memaafkannya, tapi yang terjadi adalah ia memfitnahku, mengambil bagian dimana seharusnya aku yang ikut lomba, merebut semua perhatian yang tertuju padaku. Aku yang masih kecil begitu sedih dan kesal, aku yang terbiasa di tekan untuk menjadi terbaik, rasanya ingin membalas semuanya, apakah ini dendam? mungkin. Sejak saat itu obsesi yang menguat dengan dendam yang membara memaksaku untuk bekerja lebih keras. Sampai akhirnya aku membuktikannya, mempermalukan perempuan itu dengan nilai matematikanya yang 2,4 padahal dia ranking 1 dikelas berbanding dengan aku yang mendapat nilai 9. Kelompokku mengalahkan nilai kelompoknya dalam berbagai mata pelajaran, dan puncaknya aku mendapatkan nilai UN tertinggi ke-4 disekolah sedangkan dia tidak masuk 10 besar. Kami tidak pernah lagi berhubungan walau orangtuaku mengenal orangtuanya, rasanya aku masih belum bisa memaafkannya. Sekarang aku sudah kelas 3 SMA masa itu sudah lama berlalu, aku sudah memaafkannya walau belum sempurna, tapi untuk bertegur rasanya sulit. Bukankah hal yang dialami anak kecil begitu membekas?.
    Nama : Rissya Mutya Prima
    Twitter : @RMP2982
    Facebook : Rissya Mutya Prima
    Email : rissyamutyaprima@gmail.com
    Link Share : https://twitter.com/RMP2982/status/618336236478947329

    ReplyDelete
  11. Benci dengan seseorang? Pasti pernah. Siapa sih manusia yang tak pernah membenci orang lain? Orang paling suci pun pasti pernah membenci. Ini aku alami waktu aku kelas 2 SMP, ya, 2 tahun yg lalu. Sepupuku datang di rumahku, dia menumpang. Orangtuanya bercerai dan ia ikut pamannya (Ayahku) yang notabene orang terdekat yang mau mengurusi segala kebutuhannya. Awalnya, aku sih welcome aja. Lumayan ada teman main, pikirku. Tapi lama-lama kok berubah. Ayahku jadi lebih perhatian ke sepupuku itu. Bulan pertama ia di rumahku, ia dibelikan hape baru oleh Ayahku. Sedangkan aku? Oh ayolah, hapeku saja masih Nokia E5! Saat aku tanyakan ke ayah, ayah bilang itu hape pemberian ortu si sepupuku itu. Oke, aku maklum. Lama kelamaan makin parah. Dia merebut kamarku, aku tidur di ruang tengah. Aku tidur di depan tv hanya beralaskan karpet. Sedangkan dia enak-enakan di kamarku yg nyaman. Aku mulai benci.

    Bulan berikutnya, dia makin kurang ajar. Jika menonton tv bersama, hanya acara tv favoritnya saja yg boleh dilihat. Selera kami berbeda. Aku mengamuk, membanting remote hingga terbelah dua. Dan, aku dimarahi oleh ortuku. Aku makin benci.

    Sampai sekarang pun ia tetap menyebalkan, dan aku benci. Aku tak pernah bisa menerimanya di keluargaku. Karena dia hanya numpang, kan? Tak seharusnya berbuat seperti itu. Aku tak angan memaafkan sebelum ia meminta maaf dahulu padaku.

    Maaf kepanjangan, kesannya malah curhat><

    Nama: Anastasya Sekartaji
    Twitter: @sekarats
    Kota: Batang, Jawa Tengah
    Email: sekaranastasia20@gmail.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kakak bisa ikut merasakan apa yg km rasakan terhadap sepupumu. Kakak jg gak akan memberimu nasihat untuk memaafkan dia krn maaf tdk dpt didikte. Tp, kalau blh kk kasih nasihat, coba alihkan kebencianmu ke sesuatu yg positif. Misalkan, gali hobi dan bakatmu. Ikut lomba atau kegiatan positif. Buktikan pada keluarga bahw km lebih hebat dr sepupumu itu. Momen itu akan jd momen kemenanganmu. Kk yakin kamu bisa! Semangat terus yaaa

      Delete
  12. Nama : Veny
    Twitter : @yutakaNoYuki

    Benci sama orang lain jelas pernah, alasannya karena dibohongi. Ketika yang membohongi itu hanya sekedar teman atau orang yang tidak dekat dengan kita, mungkin hanya sekedar kesel aja. Tapi ketika yang membohongi itu orang terdekat, sahabat atau keluarga itu rasanya sakit bin ngeselin banget. Seperti orang bodoh yang dimanfaatkan rasanya.
    Makanya kalau dibilang memaafkan masih agak susah sih sebenarnya, tapi tetep berusaha untuk memaafkan karena menyimpan amarah itu capek banget. Memaafkan oke tapi untuk melupakan ya nanti dulu :D

    ReplyDelete
  13. Pernahkah membenci seseorang? Pernah lah ya. Siapa sih yang nggak pernah benci seseorang?
    Tp benci versi aku mungkin beda dengan kebanyakan orang.

    Alasannya, sebenarnya sepele sih kalau menurut orang lain, tp menurut aku nggak banget, kejadian waktu di ruang kuliah, dia mengucapkan kata-kata yg menyindir keadaan fisik aku yang menurut aku itu sudah pemberian trbaik dari-Nya dan dia merasa dialah yg paling apalah-apalah, terburuknya dia ngucapinnya di depan teman2 aku! ya aku sendiri merasa sakit hati sekaligus malu lah tp aku nggak komentar apa-apa cm bisa diam dan tersenym ke dia.
    Pas waktu pertama dia begitu (nyindir), ya aku bilang ke dia knp keadaan aku sprti ini.

    Sebenarnya dia sudah paham dan mengerti tp entah sengaja atau lupa dia menyinggung aku smpai bbrp kali, waktu itu langsung deh bad mood dan nggak mau bicara sm dia kalo diajak bicara cm tak ksh senyum doang plus kata "Hnn". Mulai dari itu muncul rasa benci dengan diri sendiri dan orang lain.
    Soal benci dengan diri sendiri, membuat diri ini sadar untuk harus berusaha mnjadi lebih baik lagi.

    Endingnya ya dimaafin tiap abis dia nyindir kalau ingat hehehe..., Ya yg paling penting, kita maafin scr ikhlas biar kita sendiri jg nggak ada beban.
    Solusinya dr teman aku katanya ' Di senyumin yg lebar aja ama bilang "Oh, iya toh?" gitu.'
    Kalau dr aku sendiri, ya semoga dia bisa menjaga tutur katanya, kalau bisa nggak bikin sakit hati orang ;D Bentar lg kn moment saling memaafkan.

    Sedikit tambahan ;D , aku suka kutipan ini...
    Mencintai dan dicintai.
    Membenci dan dibenci.

    Nama : Nadia Puspaningtyas Ashari
    Akun Twitter : @nadia48nafla

    ReplyDelete
  14. Nama: Anni Nurussayyidah
    Twitter: @anny_fairish
    e-mail: annyfairish@gmail.com

    Kalau ada yang bertanya, pernahkah kamu membenci seseorang? Jawabannya adalah ‘ya’.

    Aku pernah membenci ibuku sendiri karena menyembunyikan kondisi sakit ayah yang ternyata sudah begitu parah. Beberapa bulan setelah meninggalnya ayah, ibu baru mengatakan padaku bahwa waktu ayah di bawa ke rumah sakit, pembulu darah di otak ayah sudah pecah hingga mengalir menuju mata. Dokter pun sudah angkat tangan. Tak ada yang bisa dilakukan. Umur ayah tinggal menghitung hari.

    ‘Kenapa dulu ibu menyembunyikannya dan baru memberi tahuku sekarang? Aku putrinya, dan aku berhak tahu!’ jeritku dalam hati.

    Butuh waktu cukup lama hingga aku bisa memahami mengapa ibu melakukan hal itu.
    Ibu tidak mau membuatku khawatir dan kalut karena pada waktu itu aku sedang tidak berada di rumah, aku berada di kosan (jarak sekolah dari rumahku cukup jauh dan aku memutuskan untuk kos). Sudah begitu aku akan menjalani ujian penjurusan.

    Sungguh aku merasa berdosa karena menuduh ibuku macam-macam. Setelah ‘pemahaman’ itu datang, aku menghampiri ibuku sambil menangis dan meminta maaf.

    Sejak kejadian itu, apa pun yang dilakukan ibu, aku akan memakluminya. Karena apa pun yang ibu lakukan, itu semua demi aku.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senang sekali mendengar kamu akhirnya berdamai dgn ibumu. Sayangi ibumu ya, krn ada namamu disebut di setiap doa ibumu.
      Dan, salam kenal untuk ibumu. Kk yakin beliau adalah ibu yg hebat!

      Delete
  15. Nama : Rany Dwi Tanti
    Twitter : @Rany_Dwi004

    Memaafkan adalah hal yang sulit dilakukan apalagi ketika seseorang terdekat kita melakukan kesalahan yang tidak bisa kita maafkan. Namun, Allah saja mau memaafkan hambanya yang sekalipun memiliki dosa besar, kenapa kita tidak bisa memaafkan ?

    Saya pernah mengalami hal ini. Ketika kata ‘maaf’ berulang kali tidak bisa saya ucapkan dan hanya tersangkut ditenggorokan. Dan ini termasuk pengalaman masa lalu yang benar-benar tidak bisa saya lepaskan. Tidak setelah apa yang ia lakukan pada saya. Seseorang berkhianat kepada saya. Dan dia sahabat terbaik saya. Kami selalu bersama, curhat-curhatan bersama, sebelum semuanya rusak dan berubah. Awalnya saya bercerita kepada dia bahwa saya menyukai seseorang. Ia begitu semangat dan menasehati saya ini itu. Saya pun rasanya senang bisa membagi cerita saya kepadanya. Apalagi rumah kami berdekatan. Tidak ada hal yang tidak saya ceritakan kepadanya. Semua masalah selalu saya ceritakan. Karena saya sendiri bukan pribadi yang suka memendam suatu masalah sendiri.

    Ia mendukung saya. Berkata bahwa kami memang cocok. Namun seiring berjalannya waktu, ada keanehan yang muncul. Ternyata, sahabat saya juga menyukai orang yang saya sukai. Ia bahkan terang-terangan menunjukkan sikap sukanya kepada saya. Awalnya saya marah dan kecewa. Perasaan saya campur aduk waktu mengetahui hal itu. Sebegitu teganya ia melakukan hal itu kepada saya.  Dan saya mulai menjauhinya dan membencinya. Apalah gunanya sahabat kalau hanya berkhianat ?

    Namun, saya sadar menemukan sahabat yang ‘klik’ seperti dia sangat susah. Saya sadar seharusnya saya tidak melakukan hal itu padanya. Saya tidak harus mengorbankan persahabatan yang susah-susah saya bangun hanya demi hal sepele itukan ?

    Jadi, perlahan saya mulai menerimanya kembali, memaafkannya, begitu juga dengan dia. Dia berkata menyesal dan meminta maaf kepadanya saya. Dan biarlah masa lalu tetap di belakang. Saya hanya tidak perlu menoleh lagi jika tidak ingin merasakan sakitnya. Kita hanya perlu memandang ke depan. Menjalani semuanya seakan tak terjadi apa-apa.

    Dan begitulah adanya. Kami kembali menjalin persahabatan. Meskipun masih canggung, saya yakin kami bisa memulai semuanya dari awal. Karena kita memang tak perlu melepas masa lalu, tak perlu melupakan masa lalu, karena masa lalu tidak pernah bisa di ubah. Kita hanya perlu menerimanya dan berdamai dengan masa lalu dengan setulus hati kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kakak setuju sekali dgn pendapat km.
      Kita memang tak perlu melepas masa lalu krn masa lalu tak pernah bs diubah. Kt hy perlu menerimanya dan berdamai dgn masa lalu dengan setulus hati kita.
      Really nice quote, Rany :)

      Delete
  16. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Really nice story, Umi. Semoga bs jadi inspirasi juga buat yg lain yaaa

      Delete
  17. Nama: Auliyati
    Twitter: @nunaalia

    Pertanyaannya: Pernahkah kalian membenci seseorang? (boleh perempuan/laki-laki) Alasannya apa? Dan, apakah kalian pada akhirnya berhasil memaafkannya atau tidak?

    Jawaban:
    Membenci ya? mungkin ga sampe benci sih....cuma sedikit sakit hati karena kecewa. Tapi biasanya kalau hal itu terjadi aku memilih menghindar untuk tidak lagi ketemu sm yg bersangkutan, supaya rasa kecewa, sedih, sakit hati ataupun benci itu hilang seiring waktu. Dan sepertinya berlapang dada untuk memaafkan itu lebih baik untuk diri sendiri tentunya, karena memelihara kebencian hanya akan membuat hati sesak dan sempit.

    ReplyDelete
  18. Nama : Afika Yulia Sari
    Twitter : @afikayulia
    Email : afikayuliaakb@gmail.com
    Link Share : https://twitter.com/afikayulia/status/618653469340119040

    Membenci seseorang. Siapa yang tidak pernah?
    Dulu waktu Aku SMK, Aku memiliki seorang sahabat perempuan. Kita bersahabat hampir 2 tahun. Kemana-mana kita selalu berdua, mau itu ke kantin ataupun ke toilet. Aku rasa ia adalah sahabat yang terbaik. Namun, salah besar!! Ia berubah drastis!! Berubah seperti orang asing yang tidak kukenal sebelumnya. Ada kalimat yang mengatakan seperti ini, " Sesungguhnya lawanmu/musuhmu adalah orang-orang terdekatmu "
    Well, ternyata kalimat itu benar!! Telah terbukti padaku. Sahabat terbaikku mengkhianati Aku. Ia bilang kesemua teman-teman kalau Aku memiliki sifat buruk. Bukan hanya itu, tapi memfitnahku juga, mengadu domba Aku dengan teman yang suka Aku ajak obrol.
    Aku tidak mengerti, mengapa ia bisa melakukan hal itu. Pernah Aku bertanya padanya, " Apa maksudnya memfitnah Aku, mengadu domba Aku? Aku salah apa sama kamu? "
    Ia hanya menjawab, " Karna Aku engga suka sama Kamu! "
    What? Engga suka? Kenapa baru sekarang!? Kenapa engga dari dulu aja ia begitu. Yang Aku tau ia menjadi seperti itu karna hasutan teman sekelasku juga. Good Job!!! Mereka semua sudah berhasil membuat teman sekelas mendiamkanku, hanya bisa diitung dengan jari yang masih mengajakku ngobrol.
    Dari situ Aku mulai membenci mereka!! Mereka melakukan hal itu tanpa adanya alasan yang jelas. Aku selalu sabar ketika menghadapi kelakuan mereka tiap harinya disekolah. Aku bisa apa? Yang kubisa hanya diam. Mereka banyak sedangkan Aku sendirian. Aku masih percaya jika hukum karma itu masih berlaku. Apalagi waktu itu beberapa hari lagi akan Ujian Nasional. Aku seperti memikul beban berat dua kali lipat. Dan lucunya pada saat tiba UN mereka mengajakku ngobrol dan mengajakku belajar dan membahas soal. Lucu ya sangat lucu!! Ya Aku meresponnya balik, seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Ketika UN selesai, apa yang terjadi? Mereka kembali memperlakukanku tidak baik. Memfitnahku lagi, lagi dan lagi seolah masih belum cukup dan puas.
    Lalu apakah aku dapat memaafkannya. Jujur, aku sudah memaafkan mereka jauh-jauh hari sebelum mereka meminta maaf walau Aku sempat membenci mereka.
    Dan sekarang Aku bersyukur memiliki teman yang lebih baik dari mereka. Aku pun senang tidak menemukan orang seperti mereka. Tuhan itu memang adil :)

    ReplyDelete
  19. Nama : Fita
    Twitter : @fitania09

    Aku pernah membenci seseorang dalam hidupku..yang tak lain adalah mantanku sendiri. Awalnya aku membenci dia karena kita putus karena ulah dia sendiri. Namun semakin lama kebencian ini diakibatkan oleh hal lainnya. Entah bagaimana dia bisa dengan membabi buta "merampok" barang yang kita beli bersama. Dan yang paling mengejutkan dia menyimpan foto pacar barunya di barang tersebut tanpa bilang terlebih dahulu. Seketika aku hati ku panas, dan saat itu juga aku tidak mau memaafkan dia. Suatu ketika, aku jarah barang itu dan berharap dia mau mengembalikan sisa uangku. Tapi sungguh aku terkejut dg kelakuan dia. Tanpa ada maksud baik dia mengambil lagi barang itu serta mengatakan akan mengembalikan kepadaku tapi beberapa hari tak ada kabar berita semua lenyap tak berbekas. Aku ditipu mentah-mentah laki2 pengecut itu. Aku masih menahan amarah dg SMS dan menanyakan kejelasan uang ku, tp tetep saja hasilnya nihil. Lama aku membenci dia, sampai pada akhirnya temen ku menyarankan untuk memaafkan & mengikhlaskan semua. Aku tak serta merta mengiyakan saran itu. Seiring waktu aku mulai lupa akan hal ini dan sedikit demi sedikit memaafkan dia & mengikhlaskan semua. Karena aku yakin Allah pasti menggantikan dg rejeki yg lebih baik.

    ReplyDelete
  20. Nama: Muhammad Arsyad Yahya
    Alamat E-mail: muhammad.arsyad.yahya@gmail.com
    Akun Twitter: @arsyad_yahya

    Jawaban:
    Saya pernah sangat membenci salah seorang teman sekelasku. Itu saat aku sekolah tingkat SD. Kelemahanku yang sangat tidak berbakat dalam bidang olahraga dieksploitasi abis-abisan oleh sekelasku ini yang memang begitu perkasa ketika masuk jam olahraga. Aku dibully, direndahkan di depan cewek-cewek, dibuat aku dijauhi dengan teman-teman yang lain, bahkan kadang uang jajan aku dipalak hingga dipukul saat tak ada orang yang melihat. Fisikku yang lemah membuatku tak bisa melawan. Apalagi temanku ini adalah “raja” dari semua laki-laki di kelas sehingga ditakuti semua orang. Tak ada yang berani melawannya berkelahi. Ini bahkan masih berlangsung hingga masuk SMP. Beruntung aku tak satu SMA dengannya sehingga keadaan menjadi lebih baik meskipun aku masih membencinya. Namun seiring bertambahnya umur, saya menyadari bahwa menjadi pembenci adalah wujud ketidakdewasaan. Aku memaafkannya karena kupikir itu adalah sebuah kenakalan masa pra-remaja yang bisa dimaklumi. Memaafkan tak berarti kita hina. Memaafkan tak berarti kita kalah dan menganggap kita yang salah. Tapi memaafkan berarti kita adalah hamba Tuhan yang kaya hatinya. Memberi maaf takkan mengurangi kekayaan hati seseorang. Tuhan yang begitu kuasa dan mulia saja itu Maha Pemaaf, lantas mengapa kita yang penuh dosa dan kekurangan ini begitu sulit memberi maaf?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kakak senang km akhirnya bs melewati fase bullying dgn baik2 saja. Kk ngerti, dibully adalah pengalaman yg sangat traumatis. Tp, ingat ini ya, seseorang yg suka membully sebenRnya adalah org yg patut dikasihani krn mereka adalah org2 yg haus perhatian, kasih sayang, dan selalu merasa kesepian. Mrk mencari sasaran yg lemah untuj dijadikan target. Jd tegakkan bahumu dan buktikan bahwa km nggak terpengaruh sama perbuatan mereka. Tp kalau mrk benar2 keterlaluan, jangan takut laporkan mrk pada guru BK di sekolahmu ya...

      Delete
  21. Benci adalah salah satu kata sifat yang aku hindari sedari dulu apalagi terhadap seseorang karena Tuhan melarang umatnya membenci sesama manusia, bukan? Entah ini benci atau bukan, tapi aku lebih menganggap ini perasaan ringam meluwat sebel dongkol jengkel dsb.

    Tapi, suatu masa dulu waktu aku lagi keranjingan banget sama dunia kpop, aku banyak punya temen/following di twitter yang juga penyuka kpop. Nah, tahu sendiri kan kalau hal-hal yang berbau komunitas atau fandom dan sebagainya itu rentan sekali dengan fanwar. Jadi, udah biasa banget dulu nemu di timeline hampir tiap hari ada fanwar karena following dulu lumayan banyak.

    Nggak ada asap kalau nggak ada api, bukan? Ternyata ada seseorang di following-ku, sebutlah M (cewek), yang nggak suka--bahkan benci--dengan sesuatu yang aku suka. Dia suka banget ngomporin sesuatu yang udah panas. Sebelumnya kami berteman baik loh, suka ngobrol dan becandaan. Tapi semenjak aku tahu soal itu, aku jadi jarang nyapa dia lagi. Aku diemin aja dia mau ngemeng apa juga. Aku menghargai itu kok, karena itu haknya untuk nggak suka dengan sesuatu, tapi lama-lama yang bikin dongkol adalah dia sering meluapkan kebenciannya melalui tweets dengan kata-kata yang kasar dan frontal. Kalau ngintip timeline trus ada dia, duh auranya langsung jadi nggak enak aja. Kalau dia nggak suka tapi diam aja ya mendingan, eh ini malah gengges banget di timeline. Dulu belum jamannya ada fitur mute sih. Mau unfollow masih ragu karena nggak mau dia jadi mikir itu tanda permusuhan dari aku.

    Suatu hari aku share artikel yang berkomen negatif tentang sesuatu yang dia suka. Eh, dia baca rupanya. Abis tu langsung dia unfollow aku. Habis unfollow itu ternyata dia pake ngatain inilah itulah yang tertuju untuk aku. Jablay lah, titisan siluman lah, alay lah, blablabla. Loh, kok malah jadi jauh gitu sih kelakuannya? Drama banget hih. Siapa yang nggak naik pitam kalo dikatain begitu? Apalagi aku nggak ada maksud untuk nyerang dia.

    Usut punya usut, following-ku yang lain ternyata ada beberapa juga yang sering cekcok dan adu mulut sama dia. Nggak suka pula sama dia. Oh, rupanya bukan aku aja yang jadi korban kefrontalan tweets-nya. Mereka bilang kalau M itu sebenarnya lagi sakit. Bukan sakit ringan kayak flu batuk demam, ini jenis sakit yang parah. Aku kurang tahu sih apa. Setelah tahu soal itu, aku bukannya berempati justru aku bilang ke temenku itu,

    "Tambeng kalik dia itu ya. Udah tahu punya sakit, udah tahu bakal deket sama mati, bukannya memperbaiki diri dengan menjaga lisan supaya nggak nambah musuh eh malah makin sadis aja mulutnya bikin orang-orang dongkol bahkan benci sama dia."

    Setelah itu ya aku lupain aja masalah itu. Toh timeline udah nyaman, nggak beraura negatif lagi karena tweets dia. Selang beberapa bulan atau mungkin setahunan gitu, aku dapat kabar bahwa dia meninggal. Innalillahi...

    Kalau ditanya soal maaf-memaafkan, dia sama sekali nggak pernah minta maaf sama aku. Sedangkan aku ngerasa aku nggak perlu minta maaf karena aku yang jadi korban, yekan? Tapi setelah merenung, seharusnya dulu aku nggak usah sampe berpikiran dan balik ngomong negatif soal dia. Tapi ya sudahlah, toh selama aku nggak kontekan lagi sama dia itu aku udah ngelupain congor pedesnya. Meski dia nggak pernah minta maaf atau bahkan nggak pernah punya niat untuk minta maaf sama aku tapi aku udah maafin dia. Toh awalnya masalah kecil, cuma soal sekelompok orang yang jadi kesukaannya kami. Toh yang diributin pun palingan lagi nyantai ongkang-ongkang kelamin sambil minum kopi.

    Anyway, pada akhirnya aku cuma bisa berdoa buat dia semoga diampuni dosanya oleh Tuhan YME dan tenang di alam sana. Aamiin...

    ***

    Nama: Aya Murning
    Twitter: @murniaya
    Email: ayamurning@gmail.com

    ReplyDelete
  22. Aku dulu pas kelas 5 pernah benci banget sama satu anak laki-laki. Alasannya klise, dia anaknya sedikit berandalan dan gayanya senga banget. Dia juga suka sama salah seorang temanku, jadi pas aku secara tidak langsung ngejek dia, dia langsung nantang aku gitu. Kan rasanya ngeselin.. Abis itu pas kelas 7 pindah sekolah tahun lalu, dia kayak cariin aku terus tanya sama temen aku. Pas temen aku kasih tahu, aku jadi blushing, malu banget. Karena benci itu, aku jadi suka sama dia. Dan saat aku suka sama dia, aku maafin dia. Sebenernya bukan salah dia juga sih, tapi masalahnya dia kan senga banget. Rasanya pengen ditimpuk pake batu. Sebenernya, aku juga ga tau kapan aku maafin dia. Tapi, kayaknya sebelum aku pindah deh. Aku gak mau pindah ke sekolah baru ada yang masih jadi burden. Akhirnya aku maaffin dia. Ini sebenernya curcol sih kak. Hehehe...
    ***

    Nama: Agnes Budianto
    Twitter: @agnesb0702
    Email:prettyrhythm86@yahoo.com

    ReplyDelete
  23. Ikutan ya..^^
    Telat ikut GA blogtournya padahal dah save picnya dari awal..T_T semoga beruntung kali ini..^^

    Aku sendiri sih pernah benci sama seseorang, teman perempuan saat di SMP, dan ceritanya rada mirip sama Dangerous Love deh..*eh*..mirip bencinya sama perempuan yg dirasa merebut orang-orang yg aku 'sayang' gitu..

    Jadi aku benci dengan teman perempuan (sebut saja Roxiana, #namafiktif), pasalnya 2 kali kejadian kurasa dia merebut 2 orang terdekatku dan aku 'sayangi', ditambah lagi menjauhkan mereka dari aku, yaitu teman laki-lakiku yg kebetulan memiliki 'keistimewaan/difabel' tapi juara kelas (sebut saja Septian, #namafiktiflagi), dan sahabat perempuanku sejak SD yg bahkan sudah sangat dekat seperti kakak adik (sebut aja Evy, #lagilaginamafiktif)..
    Kejadian dari kelas 1 SMP, dimana kami bertemu dari berbagai SD yg berbeda, dimana lagi hotnya cinta monyet dan genk2an..hahaha..sampai akhir kelas 2 SMP lho baru kemelut benci itu sirna..

    Nyesek banget pas Roxiana yg temen kelas seberang ndeketin Septian yg pas itu deket sama aku dan kami (teman-teman kelas lain yg membantunya dalam berkomunikasi non-verbal), plus bertindak sok paling tau segalanya & membuat Septian yg 'istimewa' itu seolah selalu mempercayakan dirinya pada Roxiana..
    Nggak berhenti sampai disitu, sahabatku si Evy yg kebetulan sekelas sama dia eh ditelen juga dong, dideketin terus, diikutin semuanya (macem stalker lah kalo sekarang), & dengan sengaja ngejauhin Evy dari aku, yg mana akhirnya aku tau dari Evy sendiri..

    Kesel banget dong orang-orang tersayang diambil gitu aja, kayak take it for granted gitu..
    Sejak itu aku jarang komunikasi sama Roxiana, seperlunya aja, sampai di penghujung kelas 2 do suatu sore di kantin, dgn ditemeni temennya Roxiana (sebut aja yg terakhir ini Fenn), Roxiana ngajakin ngobrol akunya tentang semua yg dia tau dari kemelut benciku, dia menyanggah semua, & akhirnya minta maaf..
    Ya dari permintaan maaf & ajakan damainya itulah aku berusaha menerima & mengikhlaskan, toh ga baik simpan kebencian terus berlarut dalam hati kan, lagipula bersyukur karena Septian & Evy tetap dekat denganku..^^

    Duh malah kayak nyerpen, tapi itulah kejadiannya & selesainya..
    Kemelut kebencian itu akan sangat panjang kalau diceritakan memang, tapi ketika sudah saatnya selesai, 1 kata singkatpun akan mengakhirinya, yaitu KASIH..

    _Athalia Jessica Kwa
    @jessicaquamarin
    athalia.jessica.kwa@gmail.com
    Link share : https://mobile.twitter.com/jessicaquamarin/status/619596880977104896

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kakak bangga sekali kamu akhirnya bs memaafkan temanmu itu. Memang nyesek kakau ada org yg merebut perhatian org2 yg kt sayangin tp life must goes on. Butuh hati yg lapang untuk menerima kenyataan. Tp, percaya deh, pd akhirnya kebenaran yg akan menang :)
      #memang mirip Cath deh :*

      Delete
  24. Nama : Gestha Reffy
    Twit: @AltGST

    Benci sih, sering. Yang paling bener-bener benci tuh sama seorang cowok, dia adalah temen sekelasku.
    Waktu itu hubungan kami baik-baik saja, meskipun nggak terlalu dekat. Dan suatu hari dia menyatakan cintanya padaku, aku dengan sopan memberitahu bahwa aku sudah memiliki yang lain. Dian kemudian tak terima dan menyebarluaskan fitnah ke seantero sekolah bahwa aku Cewek Murah**
    Siapa coba yang nggak sakit hati dan benci, kita merasa nggak ngapa-ngapain tiba-tiba kita digituin. Nyesek!

    Ya 3 tahun kemudian stlh kelulusan akhirnya dia minta maaf. sulit sih, aku udah terlanjur mendem 3 tahun. Tapi berhubung, yaa kita udah kelulusan juga nggak baiklah benci-benci terus.
    Akhirnya perlahan akubisa maafin.
    Tapi bukan berarti ini bisa dilupaian. Bakal jadi kenangan sampe mati nanti.

    ReplyDelete
  25. Nama : Agatha Vonilia
    Akun twitter : @Agatha_AVM
    Link share : https://twitter.com/Agatha_AVM/status/619839158903672832

    Jawaban : Jika ditanya aku pernah membenci seseorang, ya aku pernah. Dapatkah aku memaafkannya? Iya, aku bisa malahan kata teman-teman sih aku terlalu naif membiarkan dia bertindak seenaknya pada diriku. Mungkin karena aku adalah anak pendiam dan tidak suka mencampuri urusan orang lain serta menarik diriku dari lingkungan sosial sekitar malah membuatku dimanfaatkan oleh orang lain bahkan sahabatku sendiri. Pendapat teman dan orang-orang di sekitarku, aku tidak dapat menolak permintaan orang lain walaupun mengorbankan diriku sendiri. Bahkan, ada yang bilang aku tidak pantas bekerja di sini karena aku kurang berpengalaman atau aku tidak mampu. Selama ini, aku tidak peduli apa yang dikatakan oleh orang lain tapi semakin lama aku juga merasa seperti orang tidak berguna. Tidak dapat mempertahankan harga diri dan melawan mereka. Aku bukanlah orang yang dengan mudah mengungkapkan pendapat kepada orang lain karena aku terlalu takut untuk mengetahui jawaban mereka serta merendahkanku. Aku melakukan suatu cara agar dapat membuat mereka mengakui kemampuanku setengah dulu, yaitu dengan berusaha belajar dari orang yang lebih berpengalaman dariku atau seniorku. Tidak semudah itu. Aku tahu itu. Begitu banyak komentar pedas, revisi-revisi serta berbagai macam aturan yang harus aku ikuti. Aku sendiri bingung melakukan hal mudah saja aku tidak sepenuhnya menyelesaikan dengan baik. Memperbaiki kesalahan berulang-ulang serta belajar dari kesalahan, memaafkan apa yang telah teman-teman dan orang lain lakukan padaku adalah jalan menuju kesuksesan. Aku merasa mentalku sedang diuju di sini. Kalau aku tidak dapat melewati ini semua, aku tidak yakin dapat mengatasi masalah yang lebih besar lagi. Berpegangan dan berpasrah pada Tuhan serta bersikap lapang dada dan yakin bahwa aku bisa. Memang, hatiku sakit, merasa iri, benci bahkan dendam, itu semua tidak akan membawaku pada kesuksesan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, bagus sekali pandanganmu. Benar, kita harus maju terus pantang menyerah. Banyak org2 di luar sana yg mungkin nggak akan suka lihat kesuksesan kita. Dan juga kita nggak akan bs menyenangkam tiap org. Terus pertahankan semangatmu yaaa

      Delete
  26. Aku membenci diriku. Aku membenci diriku karena tidak pernah bisa melakukan hal hal dengan benar. Dari pendidikan, pekerjaan, penampilan, bahkan urusan asmara.
    Ak belum bisa memaafkan kebodohanku. Hingga saat ini. Rasa bersalah itu kadang muncul, hingga akhirnya membuatku terpuruk tanpa sebab yang pasti. Hingga terkadang ak juga membenci mereka yg tiba tiba mendapat perhatian dari orang orang yang sebelumnya perhatian padaku.

    Naning Pratiwi
    twitter @chelseas_lovers
    chelsea_lovers82@gmail.com

    ReplyDelete
  27. Aku membenci diriku. Aku membenci diriku karena tidak pernah bisa melakukan hal hal dengan benar. Dari pendidikan, pekerjaan, penampilan, bahkan urusan asmara.
    Ak belum bisa memaafkan kebodohanku. Hingga saat ini. Rasa bersalah itu kadang muncul, hingga akhirnya membuatku terpuruk tanpa sebab yang pasti. Hingga terkadang ak juga membenci mereka yg tiba tiba mendapat perhatian dari orang orang yang sebelumnya perhatian padaku.

    Naning Pratiwi
    twitter @chelseas_lovers
    chelsea_lovers82@gmail.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Percaya deh, tiap org dilahirkan dgn talenta/bakat yg unik. Jangan membenci dirimu lagi ya, Tuhan menciptakan setiap umatnya dgn keistimewaan msg2. Mulai skrg, kakak pengin kamu mulai gali minat dan hobimu. Jangan mudah menyerah ya, kakak yakin kamu adalah gadis berbakat hanya saja kamu belum menggalinya. Yuk, semangat!

      Delete
  28. Ananda Nur Fitriani
    @anandanf07
    Anandanftrn@gmail.com

    Pernah. Aku pernah membenci kakak ku. Dia perempuan, beda 6 tahun denganku, dan dia kakak kedua ku. Sejak kelas 3 SD, aku sudah membencinya. Karena dia selalu mengatur dan mencari-cari kesalahanku. Selalu saja ada yang dia komplain dari sikap ataupun penampilanku. Aku bukan anak yang suka diatur dan dikomplain, jadi aku tidak menyukainya. Aku pikir, aku kan bukan dia, kenapa dia mengaturku seakan-akan aku itu dirinya? Aku dan dia sering bertengkar karena masalah sepele. Karena aku sudah membencinya, jadi apapun yang dia katakan selalu dapat memancing emosi ku. Ditambah lagi, jika kami bertengkar, orangtuaku malah memarahiku. Aku sering berpikir, kenapa selalu dia yang benar? Dia dekat dengan kakak pertamaku, mereka selalu bercerita tentang apa saja, namun ketika aku ingin ikut bergabung, mereka selalu tidak menganggapku. Jujur, aku juga merasa iri jika melihat dia bersama teman-temannya. Aku juga punya banyak teman, tapi mungkin rasa benci ku padanya membuat apa yang dia lakukan selalu salah dimataku.

    Apakah aku berhasil memaafkannya? Ya. Karena sebenarnya apa yang dia lakukan itu bukan suatu kesalahan. Kelas 3 SMP, aku mulai bisa memahami dirinya. Dia memang orang yang selalu asal ceplos, tapi dia mengkritik dan mengaturku supaya aku bisa menjadi lebih baik. Walaupun dia terkesan cuek, namun sebenarnya dia peduli terhadapku. Aku mulai menyadarinya saat aku putus dengan pacarku dan nangis 7 hari 7 malam (ekhem), dia tiba-tiba masuk ke kamarku dan menunjukan kepeduliannya, memberikan nasehat, benar-benar terlihat seperti seorang kakak. Lalu aku dan dia saling bercerita. Dia menceritakan tentang pekerjaannya, semua keluh kesah yang dia rasakan. Dulu ayahku memilih pensiun dini untuk menjaga anak-anaknya, jadi sekarang kehidupan ekonomi keluargaku ditanggung oleh kedua kakakku. Aku mengerti apa yang dia rasakan, jadi aku lebih memilih untuk memaklumi sikapnya. Dia juga ikut memikirkan kebutuhan sekolahku, mulai dari sepatu, tas, buku, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Terharu banget mbak sama kakak ku yang satu ini :')

    Sekarang aku sudah menginjak kelas 1 SMA. Walaupun aku masih suka adu mulut dengannya, tapi aku sudah tidak memasukkannya ke dalam hati. Aku lebih menganggapnya sebagai candaan. Jujur, aku lega karena sudah terbebas dari rasa benci. Aku senang karena bisa memahami kakakku. Aku bangga mempunyai kakak yang kuat, bisa diandalkan, dan sangat peduli padaku. Aku bersyukur punya kakak seperti dirinya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senang bacanya, kakakmu jg beruntung py adik spt kamu. Tetap saling menyayangi yaaa

      Delete
  29. Nama: Thia Amelia
    Twitter: @Thia1498
    Link: https://twitter.com/Thia1498/status/619814957727641601

    Pernahkah kalian membenci seseorang? (boleh perempuan/laki-laki) Alasannya apa? Dan, apakah kalian pada akhirnya berhasil memaafkannya atau tidak?

    Beruntung aku mempunyai sifat yang mudah memaafkan orang lain. Ketika aku merasa kesal pada orang hari ini, besoknya aku sudah bisa tertawa lagi bersama mereka. Aku tidak tau pasti kenapa aku bisa seperti itu, tapi setiap aku kesal, pasti diotakku langsung terngiang 'Yaudah sih, ngapain juga harus kesel sama mereka, ga ada gunanya, malah buang waktu'. Yah, hanya sebatas itu, hanya sebatas kesal semata. Tapi, sebagai manusia, makhluk yang diberikan banyak sekali nafsu oleh Allah, pasti memiliki sedikit saja kebencian dalam hatinya, dan aku pernah merasakan itu, benci sekali pada kakak kelas ku dulu, sewaktu SMP.

    Sebagai murid baru, tentu udah termasuk prestasi aku dipilih masuk ke OSIS. Dan, aku dan 'dia' itu satu organisasi juga, OSIS. Ketika hari pertama, kami hanya perkenalan saja. Aku duduk didepan, dengan temanku, sedangkan dia dibelakangku, dengan temannya. Aku ini... apa yah, orangnya itu selalu melihat sesuatu itu dari covernya dulu (seperti buku ini, covernya membuat aku tertarik), nah pas liat cover 'dia' ini, ga ada yang salah sih, hanya aku tidak terlalu suka saja padanya, tapi anehnya, setiap aku tidak suka sama orang tanpa sebab, nah pasti suatu hari aku bakal menemukan alasan logis kenapa aku bisa ga suka sama dia. Ketika aku nengok kebelakang, 'dia' melihat aku lalu senyum, tapi tetap saja aku ga suka. Aku bilang kan keteman sebelah ku kalau aku ga suka sama dia, eh dia balas 'kebiasaan, makanya kamu susah banget deket sama orang' dasar! Hari-hari berlanjut biasa aja, aku coba buat engga ngebenci dia, tapi susah, aku juga aneh kenapa ga suka sama dia, bawaan nya dalam hati itu pengen aja maki dia meskipun semua yg dilakukannya itu udah benar, dan untuk menghindari menumpuknya dosa, aku mulai ngejauhin dia. Dan suatu ketika, aku tau kenapa alasan aku ga suka sama dia. Waktu lagi class meeting, adu sepak bola antara kelasku dan kelasnya, ketika para cowoknya sedang berjuang dengan kekuatan mereka, dia malah berjuang dengan mulutnya yang ga bisa berhenti bicara. Perkataan2 kasar yang sampai sekarang masih aku ingat dengan jelas itu terus aja dia lontarkan ke kelas kami, dan yang bisa kelasku lakukan? cuma diam, ngeliatin dia yg ga menyesal dengan semua ucapannya. lama setelah kejadian itu, tentu saja ga pernah bisa hilang dari ingatan kelasku, terutama aku. Kami masih terus membiacarakan dia, mengoloknya dari belakang dan memakinya, tapi... disitu saya mikir, kalau kita begini, terus apa dong bedanya kita sama 'dia'? Malah mungkin lebih baik dia yang bicara secara terang-terangan pada kami. Dan ternyata, setelah mencari tau kesana kemari, bukan hanya kelas kami saja yg ga suka sama dia, hampir semua kelas ga suka sama kemampuan berbicara nya yang Subhanallah, bahkan kelasnya sendiri pun ga suka karena merasa malu dengan sikapnya, hukuman yang secara tidak langsung. Aku merasa kasihan padanya, di oragnisasi pun mulai dijauhi, tapi dia tetap saja percaya diri. Setelah berfikir lagi, untuk apa juga aku harus memaki dia dan mencemoohnya, bukankah lebih baik itu dijadikan sebagai pelajaran? Entah harus berterima kasih atau apa, justru dengan perkataan nya kelas ku menjadi bangkit dan setahun setelahnya, gelar juara umum mampu disandang kelas ku.

    Aku sudah melupakan nya, menjadikan bahan makian nya menjadi sebuah motivasi untuk maju, malah aku sangat berterimakasih. Jadi, secara tidak langsung, syukur alhamdulillah aku bisa memafkan dia yang saat ini entah di mana #eeaa.

    ReplyDelete